Konsep dan strategi revolusi mental
adalah bagian dari Nawa Cita atau yang di sebut sebagai sembilan
program.
Digagas untuk menunjukkan prioritas
jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri
dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Berikut inti dari sembilan program
tersebut yang disarikan dari situs www.kpu.go.id:
- Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
- Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
- Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
- Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
- Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
- Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
- Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
- Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
- Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
Mengapa Perlu Revolusi Mental ?
Karena melihat dari situasi dan kondisi bangsa yang
memprihatinkan.
pertama-tama segi mental manusia indonesia yang
sedang mengalami degradasi karakter secara obyektif maupun subyektif.
Nilai-nilai dalam konsep revolusi mental yang
disepakati.
Nilai-nilai itu tidak perlu disakralkan dan harus
bersifat lintas agama agar tidak menyulut perdebatan antargolongan.
Revolusi mental sebaiknya tidak menargetkan suatu moralitas privat,
seperti kesalehan pribadi, kerajinan menjalankan ibadah, dan sebagainya, namun
lebih diarahkan untuk membenahi moralitas publik, misalnya, disiplin di tempat
umum, membayar pajak, tidak korupsi, tidak menghina apalagi menganiaya kelompok
lain, dan lain lain. Moralitas privat memang penting, tetapi sebaiknya masuk ke
ranah privat dan ranah agama. Revolusi mental cukup mengurus ranah publik.
- Nilai pertama yang perlu dikembangkan adalah kewargaan, agar orang Indonesia tidak merasa hanya menjadi "penduduk" tetapi warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban. Ada keseimbangan antara peran pemerintah untuk hadir melayani dengan peran masyarakat madani yang taat hukum. Nilai kewargaan juga mencakup pengembangan identitas nasional.
- Kedua, nilai bisa dipercaya. Banyak orang melakukan kebohongan publik saat ini. Maka, perlu dibangkitkan lagi integritas ini di kalangan rakyat maupun birokrasi pemerintah, agar tercipta kejujuran publik dan Indonesia bebas korupsi.
- Ketiga, nilai kemandirian. Sebagai bangsa kita sekarang amat tergantung pada bangsa lain, dari teknologi sampai pangan. Bangun kemandirian dengan membenahi kebijakan pembangunan dan regulasi.
- Keempat, nilai kreativitas. Sumber daya alam terbatas, tetapi kreativitas tidak terbatas. Karena itu, banyak bangsa berlomba mengasah kreativitasnya. Kebudayaan Nusantara sebenarnya amat kreatif, tetapi kini banyak kebijakan dan regulasi yang menghambat. Dengan revolusi mental kita harus bisa membangkitkannya kembali.
- Kelima, nilai gotong royong. Inilah inti dari Pancasila, andalan bangsa sejak dulu kala. Tetapi, kita merasakan kemerosotan yang dahsyat baik di komunitas kecil maupun sistem ekonomi dan politik yang liberal, oligarkis dan monopolistik. Revolusi mental harus mengembalikan karakter gotong royong dalam bentuk yang lebih modern.
- Keenam. Nilai saling menghargai. Sebagai bangsa majemuk, kelangsungan hidup bangsa Indonesia sangat bergantung pada nilai ini. Namun, kita menyaksikan toleransi dan kesetiakawanan sosial semakin merosot. Kelompok-kelompok ekstrem saat ini tanpa malu-malu menunjukkan bahwa mereka tidak mau menerima kehadiran kelompok lain yang berbeda agama, ras, dan suku. Revolusi mental harus mampu membangun toleransi dan saling menghargai ini.
Kesepakatan nasional dalam hal ini penting, sebab
revolusi membutuhkan fokus dan komitmen. Memang masih banyak nilai lain yang
penting, tetapi kita harus memilih yang paling strategis dan dibutuhkan.
Hanya dengan cara itu revolusi mental secara nasional
bisa terjadi. Bangsa Korea dengan gerakan "Saemaul Undong" hanya
mengangkat tiga nilai saja: kerja sama, kemandirian, dan kerja keras. Mereka
berhasil karena melaksanakannya secara konsisten dan persisten.
Upaya mewujudkan
Agar tidak berhenti menjadi retorika, maka revolusi mental
bukan hanya proyek pemerintah, tetapi gerakan
masyarakat yang difokuskan pada pengembangan enam nilai strategis. Harus ada
komitmen dari pemerintah yang ditandai dengan reformasi birokrasi untuk
mendorong dan memfasilitasi perubahan sikap dan perilaku masyarakat.
Revolusi mental harus dilaksanakan secara lintas
sektor dan partisipatoris. Salah satunya lewat penanaman nilai secara bertalu-talu
melalui kampanye, aksi sosial, media sosial, film, sinetron, games, dan
pengumuman terus menerus di tempat-tempat umum untuk antre, menjaga
kebersihan, dan seterusnya. Desain program harus mudah dilaksanakan,
populer bagi semua usia, dan sesuai budaya lokal.
Hasil gerakan revolusi mental harus
dapat diukur dampaknya kepada perilaku masyarakat. Perlu dipantau departemen
apa yang kebijakannya mendukung atau justru menghambat pengembangannya.
Presiden Jokowi harusnya bisa melihat sejauh mana pemerintahannya berhasil
mengimplementasikan revolusi mental secara nyata di Indonesia.
Sumber Bacaan :
KOMPAS,
29 April 2015
Retorika Revolusi Mental Paulus Wirutomo ;
Sosiolog;
Mantan Ketua Pokja
Revolusi Mental pada Rumah Transisi Jokowi-JK 2014
dalam : http://budisansblog.blogspot.com/2015/04/retorika-revolusi-mental.html
"Nawa Cita", 9
Agenda Prioritas Jokowi-JK
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prioritas.Jokowi-JK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar